Jumat, 29 Mei 2009

The last of X4 Futsal

ockeee....... w akan cerita terakhir futsal di x4.

Pertandingan X4 vs X2
Nie adalah pengalaman w maen futsal yang terbaik sepanjang masa.
Tanggal 29 Mei 2009.
Sejarah permainan w maen futsal.
Kira - kira jam 1 lewat, habis w agama kristen (habis sholat jum'at bagi umat Islam)
Pas w datang ke GOR w seneng 'coz penontonnya banyak dari x4.
Supporternya yang ga pernah dateng, akhirnya dateng juga yaitu Hapidh sebagai mentri Keuangan di x4.

Yang pertama maen tuh
.. Acay
.. Tama
.. Kautsar
.. Imank
.. Avian

Truz w akhirnya maen ganti Vian.
Pertama sih w maennya acak - acakan di posisi tengah.
Pas Vian bilang w depan aja, ya udah w nurutin aja. Eh baru sebentar di depan w dah mencetak gol 1 di gawangnya Lagang. Tu berkat assistnya Ekiong (Eki)
Gila ga nyangka w. Akhirnya bisa juga w...
Truz ekspresi w buat tanda salib di tengah lapangan. Itu Eksperi yang tak terlupakan buat w di x4.

Truz pas w maen lagi ganti Kautsar. W cetak 2 gol lagi. Taudah gawang siapa, lupa w?
Mank w pikirin...
2 Gol itu assist dari imank dan vian.
Buset w ga nyangka w juga bisa hat-trick
Ini semua demi Wale yang berjuang mati - matian di rumah karena sakit (mau hamil) ....

Akhirnya pertandingan selesai juga dengan skor telak "14 - 5"

Skor diperoleh dari:
1. Avian "5 Gol"
2. Besten "3Gol"
3. Acay "2 Gol"
4. Tama "2 Gol"
5. Kautsar "1 Gol"
6. Eqi "1Gol"

Sejarah x4 yang pasti w kenang selamanya dengan kenangan yang banyak bersama anak - anak x4 yang sudah terlalu aneh - aneh.
“MENDENGKUR DALAM KEBAKTIAN”

Sehabis kebaktian di gereja selesai, dua orang pemuda berjalan sambil bercakap – cakap.

“Keterlaluan, sungguh keterlaluan …..!”

“Apa yang keterlaluan?” Tanya temannya.

“Masa kamu tidak tahu, bapak yang duduk di depan kita tidur dan ….
mendengkur dengan keras!”

“Betul! Memang keterlaluan dia!” Temannya menjawab.
“Sampai saya juga terbangun dari tidur saya!”

Melihat kelemahan orang lain memang mudah, tetapi menyadari kesalahan diri sendiri, itulah yang susah.
“SETENGAH HATI”


Seorang pendeta merasa kesal hatinya, kaena diminta seorang jemaatnya mendoakan sapinya yang sakit. Dengan setengah hati ia mengucapkan doanya, “Pi, pi, mau mati matilah, mau hidup hiduplah. Amin!
Beberapa hari kemudian anggota jemaat tersebut menyuruh anaknya pergi ke rumah pendeta sambil membawa buah – buahan sebagai tanda terima kasih karena sapi mereka sembuh. Ternyata pendeta itu sedang terbaring karena sakit. Dengan mengendap – endap si anak itu masuk, dan kemudian menumpakan tangannya pada pendeta, serta mengucapkan doanya dengan keras, “Pendeta, pendeta, mau mati matilah, mau hidup hiduplah. Amin!” Kontan si pendeta melompat, terbangun dari tidurnya dengan rasa malu.